Proses berkarya Fendi : 1982 – 2021
Dari Lukisan anggota tubuh & Wayang orang ke Wayang Sukuraga.
Fendi bersekolah di Sekolah Seni Rupa Indonesia ( SSRI) Jogyakarta.
untuk mendapatkan Ilmunya seni rupa bagaimana berkaraya Visual dengan baik.
Tetapi Effendi liar menjadi pelaku seni yang serius berkelanjutan sejak jadi pengamen menciptakan lagu nuansa country, dan selalu inovatif .
Effendi bergabung di Sanggar Bambu Jogyakarta yang punya berbagai kegiatan seperti Teater. Puisi , dan Seni Rupa.
Lagu Fendi seperti “ Kembang Pelastik “dan “Affandi “ hingga kini masih terekam dalam memori temen komunitasnya para Alumni SSRI di Yogyakarta dan Bali.
Lagu yang berjudul “AFFANDI “menceritakan proses berkarya pelukis AFFANDI yang dia kagumi sebagai tokoh yang mensupportnya .
Pergaulan dan lingkungan yang setiap hari Effendi mendengar suara gamelan gendang ,kawih jawa . masuk ketelinga dan jiwanya memicu gagasannya untuk berani berkarya menggarap wayang orang .
Tahun 1981 lahirlah karya teater wayang orang garapannya
yang berjudul “ Ketek Ogleng “.
Bersama teman teman dari ASTI “Ketek Ogleng “ Hanoman Ngamen, di pentaskan di acara perpisahan SMA Swasta Semarang.
Lukisan “ LANGKAH “Anggota TubuhSebagai embrio lahirnya tokoh – tokoh WAYANG SUKURAGA .
Effendi tahun 1985 yang usianya 27 Tahun menjadi pelukis terganggu pemikiran nya oleh kritikan kakeknya yg tinggal di Jakarta .
kakeknya bilang :
“Kalau melukis manusia utuh nanti minta nyawa “
Effendi galau percaya pada propokasi kakeknya .
namun kegalauannya Effendi mendapat ide untuk mengekpresikan bentuk Anggota tubuh yang membantu manusia dalam perjalanan dan perjuangannya ke kanvas.
Pada tahun 1985 – 1989 , Effendi mulai melukis potongan -potongan tubuh manusia seperti : tangan , mata , telinga dan Kaki yang terpisah dibatasi oleh layer layer .
Pada tahun 1987 Lukisan “LANGKAH “ anggota tubuh masuk seleksi untuk ikut pameran Bersama “Pelukis muda Yogyakarta “
Pada tahun 1989 Lukisan “ LANGKAH V “Lukisan anggota tubuh
tentang perjuangan dan perjalanan manusia
di beli / di koleksi oleh bapak Bambang M. Hartono pemilik pabrik rokok jarum di kudus yang menjadi salahsatu orang terkaya di Indonesia saat ini. Pada tahun 1989 Effendi pulang kampung ke Sukabumi, karena eksistensi dan pengalamannya dipercaya oleh komunitas pelukis di Kota Sukabumi menjadi Ketua Perhimpunan Seniman Pelukis Sukabumi ( PERSEPSI ) .
Mendirikan SANGGAR
Tahun 1990 sebagai kepedulian nya terhadap perkembangan Pendidikan dan kreatifitas anak dan remaja di kota Kelahirannya Sukabumi ,Effendi mendidrikan sanggar seni di Sukabumi denga nama “ Sanggar emas Berwarna “ Dengan kegiatannya berbagi ilmu pengetahuan dan Pendidikan Karakter .
Membantu membentuk karakter pada anak dan remaja Melalui berkegiatan menggambar , bernyanyi dan bermain di Sanggar Emas Berwarna. Menumbuhkan ekonomi kreatif teman teman pun telah di mulai sejak tahun 1990 di Sanggar Emas Berwarna mengajak pengrajin batu akik , tulang dan pelukis menyelenggarakan pameran di Gedung pertemuan di kota Sukabumi dan di hotel hotel , salah satunya di Samudra Beach Hotel Pelabuhan Ratu Sukabumi. Membuat Cindra mata untuk hotel . mambuat lukisan pendukung Interior Hotel.
Pada tahun 1991 Perhimpunan Seniman Sukabumi bekerjasama dengan teman teman yang Alumni Seni rupa ITB dari bandung dan pelukis di Pasar Seni Ancol . menyelenggarakan pameran Seni Rupa di Sukabumi.
Tahun 1991 karya lukis Effendi mengekspresikan indahnya dan kejamnya tangan tangan manusia ( gerakan tangan) menyerupai ombak ombak laut , sebanyak 100 buah lukisan media kanvas dengan cat Akrilik dipesan untuk dipajang di kamar Samudra Beach hotel Pelabuhan Ratu .
Terbentuknya Wayang Sukuraga hingga Apresiasi dari Negara tetangga.
Wayang sukuraga terbentuk / lahir, dibuat pertamakali oleh pak Effendi yang akrab dipanggil kang Fendi Sukuraga itu, tidak serta merta terbentuk lahir dengan proses yang instan , Wayang sukuraga lahir memakan waktu yang sangat Panjang,yang proses tahapan awal nya mulai dari lukisan -lukisan potongan anggota tubuh
Karya pak effendi yang dibuat pada priode tahun 1985 – 1989.yang diberi judul dan tema “ Langkah “ dibuat ketika pak Effendi masih di Jogyakarta.
Lukisan yang bertema “ Langkah “ itu bisa dikatakan menjadi embrionya wayang sukuraga . Di tahun 1993 Perkembangan dari lukisan yang bertema “ Langkah “ tersebut Lahir lah lukisan lukisan wayang sukuraga dengan judul / tema “Peran “.
anggota tubuh .Pada tahun 1994 bersamaan dengan kelahiran anaknya ,pak Effendi pulang kembali ke kota Sukabumi . Pada Tahun 1995 Effendi bekerjasama dengan Galeri kajian seni lukis dan seni reka Institut Teknologi Mara Malaysia (yang sekarang menjadi UiTM ) dengan Sanggar Emas Berwarnanya menyelenggarakan pameran lukisan tunggalnya memamerkan karya lukisan lukisan Sukuraga bertema/judul “Peran “
Sebelum berangkat ke Malaysia Effendi menghubungi Dalang muda yaitu “ kang Aswan “( yang juga Pengrajin wayang Golek ) di Kota Sukabumi .karena berencana ingin mewayangkan Sukuraga ( Performance art di acara pameran tunggalnya di Malaysia ).
Namun karena persiapan waktu yang sangat pendek pembuatan wayang golek sukuraga tidak terealisasi .
Sepulang dari pameran tunggalnya di Malaysia dengan bekal wawasan dan pengalaman estetiknya dari Malaysia pada tahun 1995 di bulan Ramadhan di Rumah nya kampung Babakan Fendi membuat wayang sukuraga berbahan kulit
Kenapa wayang kulit tidak golek yg bahan kayu .Karena Effendi punya pemikiran bahwa Manusia Adalah Dalang
anggota tubuh ( Sukuraga adalah wayang ).
dan pada umumnya penilaian seseorang pada orang lain lebih pada melihat pisiknya atau kulitnya ( penampilannya ) maka Fendi memilih kulit sebagai medianya.
dengan keberadaan fendi yang tinggal di daerah Sukabumi sangatlah sulit untuk mengenalkan wayangnya sebagai media Pendidikan karakter.
karena media Internet . media sosial seperti FB , youtube belum popular seperti sekarang .biaya internetpun masih mahal dan lambat.
Namun setelah wayang Sukuraga tahun 1997 tampil di Statsiun Televisi swasta ( RCTI ) di program acaranya “ BUMBATA “( Buka Mata Buka Telinga )
Sejak main di acara BUMBATA Effendi mulai dipanggil “ Kang Fendi Sukuraga “ hingga sekarang . Setelah main di RCTI mulailah wayang Sukuraga dapat kesempatan untuk manggung seperti di Pasar Seni Ancol , dan di Pasar seni Sukabumi .atau di hajatan, hajatan dan ulang tahun Komunitas di Sukabumi dan luar kota Sukabumi. Dan mengikuti berbagai festival Wayang nasional maupun Internasional.
Pada tahun 2001 Effendi memikirkan keselamatan Hak Intelektualnya wayang Sukuraga. Di Tahun 2001 Effendi mendaftarkan penggalian Wayang Sukuraga ke Direktorat Haki . dan pada Tahun itu pula Effendi datang ke Notaris Mendirikan Yayasan dengan nama “Yayasan Karya Cipta Sukuraga “di singkat Yayasan Sukuraga .
Pada tahun 2001 Effendi memikirkan keselamatan Hak Intelektualnya wayang Sukuraga. Di Tahun 2001 Effendi mendaftarkan penggalian Wayang Sukuraga ke Direktorat Haki . dan pada Tahun itu pula Effendi datang ke Notaris Mendirikan Yayasan dengan nama “Yayasan Karya Cipta Sukuraga “di singkat Yayasan Sukuraga .
Melukis dan Pameran wayang sukuraga Sambil berjalan.
Pada tahun 2007 di usianya tepat 48 Tahun Fendi di dukung oleh temen teman komunitas membuat acara melukis sambil berjalan dan Pameran lukisan dan Wayang Sukuraga sepanjang 4,8 km.
Di mulai dari Balai kota Sukabumi sampai Lapangan Merdeka Kota Sukabumi .melewati sepanjang Jl. Samsudin SH – Jl.Siliwangi – Jl. A. Yani – Jl. Veteran , berakhir di lapangan merdeka .
Membuat kegiatan yang jarang dilakukan oleh pelukis -pelukis lain. Karena proses melukis tidak diam di studio , melaikan melukisnya sambal berjalan menggunakan jalan raya dengan membawa barisan tak kurang dari 25 Orang yang membawa lukisan dan wayang sukuraga serta penabuh Reog . Tidak mudah melakukannya, karena harus menempuh ijin dari Dinas Perhubungan dan Kepolisian.
Tapi Alhamdulillah kegiatan itu mendapat ijin baik dari Dinas Perhubungan dan Kepolisian , yang pelaksanaannyapun mendapat pengawalan dari kepolisian .
Dan semua contributor Televisi swasta nasional yang ada di sukabumi meliputnya, termasuk media cetak . ke esokan harinya Banjir berita tentang Effendi melukis berjalan sepanjang 4,8 Km. di media cetak dan Televisi.
Seni “ Kudu Leumpang “
Tahun 2007, Fendi menciptakan tarian ,musik dan nyanyian “ Kudu leumpang “ Tari dan nyanyian kudu leumpang tersebut merupakan bagian dari kesenian Sukuraga yang menyampaikan unsur KAKI .
Seni pertunjukan ini memiliki sedikit kemiripan dengan kesenian Kuda Lumping,
kesenian Kudu Leumpang propertinya tidak mengunakan gambaran kepala kuda sebagai tunggangannya tetapi kepalanya berbentuk kaki . Seni “ Kudu Leumpang “di ciptakan oleh Effendi untuk memotivasi masyarakat
yang punya keinginan atau cita cita namun malas – malasan diam saja tak berusaha. Dengan filosofinya seperti : Kaki untuk berjalan mengantarkan manusia pada tujuan , Jika manusia punya cita cita dan harapan tidak cukup jika hanya kaki yang berjalan untuk mengantarkan . namun anggota tubuh lainnya pun harus berjalan . seperti :
Mata harus berjalan dengan membaca pengetahuan dari bukunya,
Telinga harus berjalan mau mendengar masukan yg dapat menambah wawasan. Tangan harus berjalan mengambil duri dan menyingkirkannya.
Semua anggota tubuh harus bersinergi.dan tanamkan di hati.Kesenian Kudu Leumpang mulai dipertunjukan untuk memperkaya pertunjukan wayang sukuraga pada Festival Seni Guru International di Jogyakara ( The Teachers Performing Arts Festival of International Arts Festival ) 2008.
yang diselenggarakan oleh ERDEC Departement Pendidikan Nasional.
Kini kesenian “Kudu Leumpang “ sudah menjadi kesenian mandiri yang bisa dipertunjukan oleh masyarakat Sukabumi tanpa harus satu paket dengan wayang Sukuraga untuk kegiatan upacara ceremonial atau kegiatan pawai ulang tahun kota.
Apresiasi pemerintah terhadap wayang Sukuraga.
Setelah 22 tahun Wayang sukuraga terlahir yang diciptakan oleh Effendi untuk media Pendidikan karakter dan sebagai upaya membangun kesadaran manusia untuk mengenal diri dengan berbagai upaya Fendi sebagai pencipta , sebagai dalang , upaya mengenalkan wayang ini tidak hanya melalui pertunjukan , karena Fendi juga sebagai guru seni budaya di Sekolah Swasta. Dari jenjang SD , SMP,SMA dan SMK. Dari tahun 2004 – 2016. Fendi membuat materi penyampainnya sesuai dengan jenjang / usia / kelasnya, bahkan sampai kini disetiap kesempatan dimanapun dalam obrolan santai ,di warung ,di tempat nongkrong dll. Fendi Selalu bercerita menyampaikan makna anggota tubuh untuk mengenal diri .
Pada tahun 2015 Setelah Effendi mendapat penghargaan dari Gubernur Pemerintah Provinsi Jawa Barat ( Anugrah Inovasi dan Prakarsa Jawa barat katagori Seni Budaya atas karyanya “Wayang Sukuraga Sebagai Pendidikan karakter Bangsa “